Dampak negatif dan kerusakan-kerusakan akibat demontsrasi
Oleh: Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah
1. Termasuk misi rahasia sekaligus segi negative demonstrasi,
ia merupakan alat dan penyebab habisnya semangat rakyat, karena ketika
mereka keluar, berteriak-teriak dan berkeliling jalanan, maka mereka
kembali ke rumah-rumah mereka dengan semangat yang telah sirna serta
kecapaian yang luar biasa.
Padahal, yang wajib bagi mereka adalah
menggunakan semangat tersebut untuk taat kepada Allah, mempelajari ilmu
yang bermanfaat, berdo’a dan mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh, sebagai bentuk pengalaman firman Allah azza wa jalla:
“Dan siapkanlah untuk
menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang
kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu
nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu
dan kamu tidak akan dianiaya.” [QS.al-Anfal/80: 60]
2.
Di dalam demonstrasi tersimpan kemungkaran yang begitu banyak, seperti
keluarnya wanita (ikut serta demonstrasi, padahal seharusnya dilindungi
di dalam rumah, bukan di jadikan umpan), demikian pula
anak-anak kecil, serta adanya ikhtilath, bersentuhan kulit dengan kulit,
berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan, ditambah
lagi lagi ‘hiasan’ berupa celaan, umpatan keji, omongan yang tidak
beradab. Ini semua menunjukkan keharaman demonstrasi.
3. Islam memberikan prinsip bahwa segala sesuatu yang kerusakannya lebih banyak dari kebaikannya maka dihukumi haram.
Mungkin saja demonstrasi berdampak pada turunnya harga barang-barang
dagangan, tetapi kerusakannya lebih banyak daripada kemaslahatannya,
lebih-lebih jika berkedok agam dan membela tempat-tempat suci.
4. Demonstrasi, terkandung di dalamnya kemurkaan Allah Ta’ala dan juga merupakan protes terhadap takdir, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka. Jika mereka ridho maka mereka akan diridhoi Allah. Jika mereka marah maka Allah juga marah kepada mereka.” [HR.at-Tirmidzi di dalam Jami’nya: 4/601 dan Ibnu Majah di dalam Sunan-nya: 2/1338 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shohihul Jami’: 2110]
Sebelum Perang Badar Nabi
ber-istighotsah (memohon pertolongan di waktu penting) kepada Allah. Hal
ini diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya:
“(Ingatlah), ketika kamu memohon
pertolongan kepada Tuhamu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya
Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat
yang datang berturut-turut.” [QS.al-Anfal/8: 9]
Beliau juga merendahkan diri kepada-Nya sampai selendang beliau terjatuh. Beliau memerintahkan kepada para Sahabat radhiyallahu ‘anhum untuk bersabar menghadapi siksaan kaum musyrikin.
Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya sama sekali tidak
pernah mengajak demonstrasi padahal keamanan mereka diguncang, mereka di
siksa dan dizholimi. Maka, demonstrasi
bertentangan dengan ajaran kesabaran yang diperintahkan oleh Allah
ketika menghadapi kezholiman para penguasa serta ketika terjadi tragedi
dan musibah.
5. Demonstrasi
merupakan kunci yang akan menyeret pelakunya untuk memberontak terhadap
para penguasa, padahal kita dilarang melakukan pemberontakan dengan
cara membangkang kepada mereka.
Betapa banyak,
demonstrasi yang mengantarkan suatu negara menuju kehancuran, sehingga
timbullah pertumpahan darah, perampasan kehormatan, dan harta benda
serta tersebarlah kerusakan yang begitu luas.
6. Demonstrasi menjadikan orang-orang dungu, wanita dan orang-orang yang tidak berkompeten bisa berpendapat. Dalam
perkara yang besar dan berdampak luas, orang-orang yang bukan ahlinya
ikut berbicara. Sehingga, memungkinkan tuntunan mereka dipenuhi meskipun
merugikan mayoritas masyarakat. Bahkan,
orang-orang dungu dan jahat serta kaum wanita yang banyak mengobarkan
demonstrasi; mereka yang mengontak dan memprovokasi massa!
7.
Para pengobar demonstrasi senang kepada siapa saja yang berdemo bersama
mereka, walaupun dia seorang pencela sahabat Nabi, tukang ngalap
berkah dari kuburan-kuburan bahkan sampaipun orang-orang musyrik.
Sehingga akan anda dapati seorang yang
berdemo dengan mengangkat al Qur’an, disampingnya orang mengangkat salib
(Nasrani), yang lain membawa bintang Dawud (Yahudi); dengan demikian,
demonstrasi merupakan lahan bagi setiap orang yang menyimpang, kafir,
dan ahli bid’ah.
8.
Hakikat para demonstran adalah orang-orang yang hidup di dunia seraya
menebarkan kerusakan, mereka membunuh, merampas, membakar, menzholimi
jiwa dan harta benda. Sampai-sampai ada seorang pencuri
menyatakan: “Sesungguhnya kami gembira jika banyak demonstrasi, karena
hasil curian dan rampasan menjadi banyak bersamaan dengan berjalannya
para demonstran.” (!)
9. Para pendemo pada hakikatnya mengantarkan jiwa mereka menuju pembunuhan dan siksaan, padahal Allah telah melarangnya dalam firman-Nya:
“…Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” [QS.an-Nisa’/4: 29]
Para demonstran pasti akan mengalami
bentrokan dengan petugas keamanan sehingga mereka akan disakiti dan
dihina, sedangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
“Seorang mukmin tidak boleh menghinakan
dirinya.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Bagaimana
seorang mukmin menghinakan dirinya?” Beliau menjelaskan: “(Yakni) dia
menanggung bencana di luar batas kemampuannya.” (HR.at-Tirmidzi di dalam
Jami’-nya: 4/522 dan Ibnu Majah di dalam Sunan-nya: 2/1332 dan dishohihkan oleh Syaikh al Albani di dalam Silsilah Shohihah: 2/170) (Lihat Demonstrasi, Solusi atau Polusi oleh Syaikh Syu’aiyyid bin Hulaiyyil al Umar dalam Majalah al-Asholah Yordania Edisi 38 hal.76-80)
Sumber: disalin ulang dari Buku “Demonstrasi Dalam Pandangan Syar’i” oleh: Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah, Hal.15-21, Cet.1, Pustaka an Nabawi Surabaya.
-Asholah Yordania Edisi 38 hal.76-80)
Posting Komentar